Jalur dan Wilayah Rawan Longsor dan Banjir

Promo Spesial and Free Ongkir

Baca Juga

SIDAMULYANEWS - Fenomena alam terjadi dimana-mana, befitupun Jalur dan Wilayah Rawan Longsor dan Banjir, bencana demi bencana mewarnai kehidupan masyarakat Kab. Pangandaran pada khususnya. Hujan deras sepanjang hari mengakibatkan , erosi, longsor,  dan putusnya jembatan putrapinggan ( amblas) yang menuju ke Pangandaran ( 9/10) .
Pasar Kalipucang
Ini semua mungkin peringatan Alloh.SWT. melalui alam , agar kita semakin sadar akan perilaku yang menyimpang dari ketentuanNYA. Budaya dan norma susila mulai pudar, fenomena alam bukan hal yang tanpa sebab ada sebab akibat yang ditimbulkan dipicu oleh penggundulan hutan.

Banjir selalu melanda daerah Kab. Pangandaran bagian utara seolah terprogram yang mengakibatkan terganggunya jalur transportasi dari Pangandaran menuju Ciamis, Jawat Tengah menuju Kabupaten Pangandaran.

Terminal dan pasar Kalipucang menjadi salah satu korban utama, selain wilayah Kalipucang , Padaherang dan Mangunjaya (Jawa Barat). Patimuan , Sidareja, Kampung Laut dan Klaces ( Jawa Tengah ) ratusan sampai ribuan hektare lahan sawah, kebun, pekarangan, pemukiman penduduk dan hutan mangroove tergenang luapan sungai citanduy.

Persawahan daerah Dahon MalangKecamatan Kalipucang, Ciganjeng Kecamatan Padaherang, Paledahkecamatan Mangunjaya merupakan lumbung padi Kab. Pangandaran, namun kondisinya nyaris jadi rawa-rawa yang tidak produktif

Sejak awal reformasi telah terjadi penjarahan hutan negara yang dilakukan oleh sekelompok organisasi ( LSM ) dan hal tersebut dianggap biasa.

Hutan yang dijarah antra lain : hutan pinus di gunung sawal wilayah Ciamis Utara yang merupakan hulu sungai citanduy, kebun karet Batulawang Kota Banjar, kebun karet desa Pasawahan Kecamatan Banjarsari, kebun jati, kebun mahoni, hutan rawa mangroove Majingklak Desa Pamotan dan hutan lindung Pambokongan Desa Karang Nini.

Hutan  jati dan mahoni  sepanjang dari Pager Gunung sampai daerah Pager Bumi kecamatan Cigugur erosi melalui sungai–sungai kecil yang megalir ke sungai Citanduy dan ke wilayah Pangandaran bagian selatan.

Lahan korban penjarahan dari Ciamis Utara sampai Cigugur kurang lebih 5000 Hektare, sebagian besar diklaim oleh mereka menjadi alih fungsi dan atas perbuatannya mereka telah mewariskan penderitaan bagi orang banyak. Akibatnya erosi terjadi dimana-mana, secara terus menerus, sehingga terjadi pendangkalan sungai Citanduy.

Derasnya sungai Citanduy juga menimbun ratusan hektare hutan rawa mangroove kecamatan Klaces dan Karang Anyar Cilacap Barat, sehingga aktifitas masyarakat dua kecamatan  terganggu karena terjadi pendangkalan yang mengakibatkan perahu kandas.

Yang lebih menyedihkan lagi rusaknya hutan mangroove yang tertimbun lumpur, biota laut terancam punah karena habitatnya rusak sehingga udang, kepiting, ikan dsb, basis produktifitas bibit-bibit tersebut seharusnya kembali ke laut Pangandaran.

Kini masyarakat nelayan disekitarnnya sangat sulit mendapat tangkapan yang maksimal, sehingga mereka harus pergi jauh ke daerah Sadeng Gunung Kidul Yogyakarta atau ke Rancabuaya Pameungpeuk Garut untuk mengais rejeki menangkap ikan demi kelangsungan hidup mereka .

Rencana penyedotan Sungai Sitanduy dari Kedung Karang lebih kurang 3 Km sebelum Majingklak sampai ke Palatar Agung, muara palawangan dua sangat tepat dan dapat menurunkan debit air secara drastis . untuk menghindarkan  pertemuan tiga sungai besar ( segara anakan \ lagoon ) sebelum muara asal. ASEAN Development Bank( ADB ) sudah menyalurkan anggaran untuk penyodetan bahkan pihak PU procit pun sudah merealisasikan kompensasi untuk masyarakat penggarap yang terkena jalur penyodetan secara keseluruhan ( 100%) melalui panitia setempat .

Ironisnya sekelompok masyarakat justru mendukung penolakan penyodetan Sungai Citanduy. Tidak menyadari bahwa mereka hanya dijadikan kekuatan politik sedangkan upaya pengerukan atau penyedotan endapan luumpur hanya menghambur-hamburkan milyaran uang rakyat.

Karena alam lebih kuat didalam satu musim hujan pun, bekas pengerukan atau penyedotan akan kembali tertimbun. Penolakan penyodetan sungguh tidak rasional.

Alasan penolakan : jika disodet akan merusak ekosoistem biota laut dan pencemaran obyek wisata pantai timur pangandaran, padahal itu tidak benar karena faktanya sekalipun disodet limbah nya tidak sampai ke pantai timur pangandaran.

Masyarakat berharap pemerintah berlaku bijak jangan karena sekelompok kepentingan politiik mengabaikan kepentingan umum .

Terima Kasih atas kontribusi anda semua atas ketersediaanya meluangkan waktu untuk sekedar membaca berita dari kami Jalur dan Wilayah Rawan Longsor dan Banjir, dalam web online Sidamulya24, nantikan lagi berita terhangat dan terbaru dari tim lapangan kami. untuk itu sampai nanti di lusa nanti, karena kami akan membahas berita 2 hari sekal. (RED)
Artikel Terkait Lainnya :

Masukkan Email Anda Untuk Menjadi Pengunjung Premium Kami

Kontribusikan Moment Kalian Disini !!!

0 Response to "Jalur dan Wilayah Rawan Longsor dan Banjir"

Posting Komentar