Promo Spesial and Free Ongkir
Baca Juga
SIDAMULYANEWS - Menghentikan kebiasaan para pemabuk minuman keras (miras) oplosan di Kota Tasikmalaya sangat sulit. Namun, ikhtiar tidak boleh berhenti. Demi menjaga marwah Kota Santri.
Para pemabuk masih ada yang beranggapan menenggak miras oplosan sebagai bentuk kekuatan dan keberanian. Cara pandang seperti ini tentu keliru. Harus diubah. “Seolah-olah minum oplosan itu hebat,” ungkap Ketua DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Tasikmalaya Junaedi Shakan kepada Media Online, Minggu (30/9).
Baik kalangan remaja maupun dewasa tentu mengetahui betul bahaya meminum miras oplosan. Namun, ancaman kehilangan nyawa itu tidak menyurutkan ambisi para penikmat barang haram itu untuk meracik alkohol 70 persen menjadi miras oplosan. “Masa sih masih ada yang enggak tahu kalau alkohol 70 persen itu bisa bikin mati kalau diminum,” ujar pria yang akrab disapa Jun ini.
Maka dari itu, pemkot dan aparat yang berwenang harus mampu mengedukasi masyarakat agar menghindari miras oplosan. “Jangan hanya sekadar memberi tahu, tapi harus menyadarkan generasi muda kita,” terang Jun.
Selain itu, pemberantasan peredaran miras oleh polisi dan Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran (Satpol PP-Damkar) juga tidak boleh timbul tenggelam. Harus kontinu. Walaupun para maniak miras oplosan itu sulit terdeteksi. “Kalau upaya razia ya saya lihat sudah bagus dan itu harus dipertahankan,” jelas Jun.
Menurut pengamat hukum Tasikmalaya Dr Eman Sungkawa MH, seseorang yang meracik miras oplosan sudah masuk pelanggaran pidana. Namun ketika orang tersebut meninggal dunia, proses hukum pun gugur. “Karena hukuman gugur ketika tersangka atau terdakwa meninggal dunia,” terangnya.
Adapun alkohol 70 persen memang bisa dijual bebas. Tetapi alangkah baiknya alkohol tersebut tidak begitu saja dijual ke pembeli. “Jadi lebih baik apotek meminta KTP dan mencatat orang yang membeli alkohol,” terang Eman.
Artikel Terkait Lainnya :
 |
| Ilustrasi |
Baik kalangan remaja maupun dewasa tentu mengetahui betul bahaya meminum miras oplosan. Namun, ancaman kehilangan nyawa itu tidak menyurutkan ambisi para penikmat barang haram itu untuk meracik alkohol 70 persen menjadi miras oplosan. “Masa sih masih ada yang enggak tahu kalau alkohol 70 persen itu bisa bikin mati kalau diminum,” ujar pria yang akrab disapa Jun ini.
Maka dari itu, pemkot dan aparat yang berwenang harus mampu mengedukasi masyarakat agar menghindari miras oplosan. “Jangan hanya sekadar memberi tahu, tapi harus menyadarkan generasi muda kita,” terang Jun.
Selain itu, pemberantasan peredaran miras oleh polisi dan Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran (Satpol PP-Damkar) juga tidak boleh timbul tenggelam. Harus kontinu. Walaupun para maniak miras oplosan itu sulit terdeteksi. “Kalau upaya razia ya saya lihat sudah bagus dan itu harus dipertahankan,” jelas Jun.
Menurut pengamat hukum Tasikmalaya Dr Eman Sungkawa MH, seseorang yang meracik miras oplosan sudah masuk pelanggaran pidana. Namun ketika orang tersebut meninggal dunia, proses hukum pun gugur. “Karena hukuman gugur ketika tersangka atau terdakwa meninggal dunia,” terangnya.
Adapun alkohol 70 persen memang bisa dijual bebas. Tetapi alangkah baiknya alkohol tersebut tidak begitu saja dijual ke pembeli. “Jadi lebih baik apotek meminta KTP dan mencatat orang yang membeli alkohol,” terang Eman.
0 Response to "KNPI Kota Tasikmalaya Beri Pesan Online Kepada Generasi Miras Oplosan"
Posting Komentar