Promo Spesial and Free Ongkir
Baca Juga
SIDAMULYANEWS - Wayang Landung yang diciptakan seniman Panjalu Kabupaten Ciamis, Pandu Radea telah menambah khasanah kreasi seni yang berkembang di tatar Galuh. Jenis wayang ini terbuat dari daun-daun kering dan tumbuhan lainnya, dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi wujud wayang golek raksasa dengan ukuran tiga hingga empat meter.
Pada momentum peringatan ulang tahun Ciamis atau Kecamatan Panjalu, pentas sang wayang raksasa menjadi magnet bagi masyarakat sekitar, termasuk dari luar daerah maupun luar negeri.
Jono, bassis Gugun Blues Selter sempat tertarik untuk menjajal memainkan tokoh wayang yang dulu disebut jalukjuk tersebut.
Dalam setiap pentasnya, seorang pemain bertugas memikul wayang untuk kemudian menari-nari mengikuti alunan musik serta cerita yang dibawakan sang dalang.
Cepi, pembuat wayang landung asal Kecamatan Panjalu berharap karyanya dapat semakin dikenal. Wayang berukuran raksasa itu sering dipentaskan dalam acara-acara seni. Baik di wilayah Priangan Timur, maupun luar daerah seperti Bogor dan Bali.
“Wayang ini terbuat dari daun-daun kering dan tumbuhan lainnya. Dibentuk sedemikian rupa, sehingga menjadi wujud wayang berukuran raksasa dengan tiga hingga empat meter tingginya,” ujar Cepi saat dihubungi Radar, melalui sambungan telepon Selasa (12/6).
Dia menjelaskan pertunjukkan wayang landung terbagi dalam dua bagian.Pentas pertama adalah prosesi lalampahan atau arak-arakan. Kemudian pentas keduanya adalah jogol atau pertarungan beberapa wayang landung, yang mewakili kubu Pandawa dan musuh utamanya pasukan Durga.
“Seorang pemain bertugas memikul wayang untuk kemudian menari-nari mengikuti alunan musik serta cerita yang dibawakan sang dalang,” jelasnya.
Dia berharap wayang landung dapat bertahan dan dikembangkan. Sehingga, dengan sendirinya nama Ciamis akan lebih harum. “Dengan adanya wayang landung ini, mudah-mudahan membuat nama besar Ciamis sebagai gudangnya pelaku kreasi seni semakin kuat,” harapnya. (RED)
Artikel Terkait Lainnya :
 |
| wayang raksasa "wayang landung" sebuah kesenian yang berkembang di Tatar Galuh |
Jono, bassis Gugun Blues Selter sempat tertarik untuk menjajal memainkan tokoh wayang yang dulu disebut jalukjuk tersebut.
Dalam setiap pentasnya, seorang pemain bertugas memikul wayang untuk kemudian menari-nari mengikuti alunan musik serta cerita yang dibawakan sang dalang.
Cepi, pembuat wayang landung asal Kecamatan Panjalu berharap karyanya dapat semakin dikenal. Wayang berukuran raksasa itu sering dipentaskan dalam acara-acara seni. Baik di wilayah Priangan Timur, maupun luar daerah seperti Bogor dan Bali.
“Wayang ini terbuat dari daun-daun kering dan tumbuhan lainnya. Dibentuk sedemikian rupa, sehingga menjadi wujud wayang berukuran raksasa dengan tiga hingga empat meter tingginya,” ujar Cepi saat dihubungi Radar, melalui sambungan telepon Selasa (12/6).
Dia menjelaskan pertunjukkan wayang landung terbagi dalam dua bagian.Pentas pertama adalah prosesi lalampahan atau arak-arakan. Kemudian pentas keduanya adalah jogol atau pertarungan beberapa wayang landung, yang mewakili kubu Pandawa dan musuh utamanya pasukan Durga.
“Seorang pemain bertugas memikul wayang untuk kemudian menari-nari mengikuti alunan musik serta cerita yang dibawakan sang dalang,” jelasnya.
Dia berharap wayang landung dapat bertahan dan dikembangkan. Sehingga, dengan sendirinya nama Ciamis akan lebih harum. “Dengan adanya wayang landung ini, mudah-mudahan membuat nama besar Ciamis sebagai gudangnya pelaku kreasi seni semakin kuat,” harapnya. (RED)
0 Response to "Kreasi Seni Wayang Ladung "Wayang Raksasa" Asal Panjalu"
Posting Komentar