Promo Spesial and Free Ongkir
Baca Juga
SURABAYA - Sidamulyanews, Tiga peneliti ini masing-masing adalah pakar arkeometalurgi UGM DI Yogyakarta Prof Timbul Haryono, pakar nuklir dari BATAN Prof Samin Prihatin dan Komisaris Total Quality Indonesia Johan Yan. Mereka memanfaatkan teknologi nuklir untuk mengidentifikasi benda cagar budaya.
"Ini merupakan penelitian kali pertama di dunia menggunakan teknologi nuklir untuk mengidentifikasi benda cagar budaya. Semoga bisa berguna untuk mencegah pencurian benda purbakala dan mengetahui keaslian benda cagar budaya," ujar Johan Yan di sela peluncuran buku tentang penelitiannya berjudul 'Maha Nandi Dalam Perspektif Arkeometalurgi dan Teknologi Nuklir' di Monumen Tugu Pahlawan Surabaya, Kamis (10/11/2016).
Menurut dia, banyak pihak yang mendengar kata nuklir adalah senjata pemusnah massal dan penghancur peradaban, padahal teknologi nuklir di tangan ahlinya bisa untuk mengidentifikasi sebuah peradaban yang telah punah dan membangun peradaban.
"Tiga peneliti ini bermimpi agar seluruh museum di Indonesia bisa mengiventarisir bukan hanya 'sidik jari fisik' dengan 3D Scanning System, tetapi juga 'sidik jari arkeometalurgi' setiap koleksi museum cagar budaya atau benda purbakala dengan teknologi nuklir."
Pihaknya berharap penelitian tersebut dapat mengantisipasi pelaku atau mafia cagar budaya yang sengaja memalsukan benda bersejarah, termasuk pencurian untuk selanjutnya dibawa ke meja lelang di luar negeri.
Dia juga ingin membuktikan benda cagar budaya itu asli atau tidaknya dapat dilakukan dengan cara ini hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit untuk mengetahui komposisi logamnya.
"Kalau dibandingkan dengan metode konvensional seperti C14 atau 'sampling' memerlukan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-berbulan, dan yang pasti destruktif," katanya.
Penelitian pertama, kata dia, dilakukan terhadap Maha Nandi, yakni merupakan arca lembu dari abad IX atau setidaknya abad X yang berukuran sekitar 30 centimeter dan sudah diteliti dengan CT-Scan, MRI serta teknologi nuklir.
Peneliti asal Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof Samin Prihatin mengakui metode ini merupakan hal relatif baru dan pertama kali di dunia teknologi nuklir.
"Hal ini akan mampu mendorong kalangan akademisi terutama yang bergerak dalam bidang arkeologi untuk terus berinovasi dalam penggunaan nuklir sebagai upaya menyelematkan serta melestarikan benda-benda cagar budaya di Indonesia," imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengapresiasi penemuan dan penelitian menggunakan metode tenaga nuklir ini sebagai wujud menjaga keaslian benda cagar budaya.
"Saya akui kurang paham tentang metode apa yang paling tepat, tapi melihat perkembangan ilmu tekonologi seperti sekarang ini, penemuan apapun dalam rangka memastikan cagar budaya asli atau tidak patut itu sangat layak diapresiasi" pungkasnya. ***RED
Artikel Terkait Lainnya :
"Ini merupakan penelitian kali pertama di dunia menggunakan teknologi nuklir untuk mengidentifikasi benda cagar budaya. Semoga bisa berguna untuk mencegah pencurian benda purbakala dan mengetahui keaslian benda cagar budaya," ujar Johan Yan di sela peluncuran buku tentang penelitiannya berjudul 'Maha Nandi Dalam Perspektif Arkeometalurgi dan Teknologi Nuklir' di Monumen Tugu Pahlawan Surabaya, Kamis (10/11/2016).
Menurut dia, banyak pihak yang mendengar kata nuklir adalah senjata pemusnah massal dan penghancur peradaban, padahal teknologi nuklir di tangan ahlinya bisa untuk mengidentifikasi sebuah peradaban yang telah punah dan membangun peradaban.
"Tiga peneliti ini bermimpi agar seluruh museum di Indonesia bisa mengiventarisir bukan hanya 'sidik jari fisik' dengan 3D Scanning System, tetapi juga 'sidik jari arkeometalurgi' setiap koleksi museum cagar budaya atau benda purbakala dengan teknologi nuklir."
Pihaknya berharap penelitian tersebut dapat mengantisipasi pelaku atau mafia cagar budaya yang sengaja memalsukan benda bersejarah, termasuk pencurian untuk selanjutnya dibawa ke meja lelang di luar negeri.
Dia juga ingin membuktikan benda cagar budaya itu asli atau tidaknya dapat dilakukan dengan cara ini hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit untuk mengetahui komposisi logamnya.
"Kalau dibandingkan dengan metode konvensional seperti C14 atau 'sampling' memerlukan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-berbulan, dan yang pasti destruktif," katanya.
Penelitian pertama, kata dia, dilakukan terhadap Maha Nandi, yakni merupakan arca lembu dari abad IX atau setidaknya abad X yang berukuran sekitar 30 centimeter dan sudah diteliti dengan CT-Scan, MRI serta teknologi nuklir.
Peneliti asal Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof Samin Prihatin mengakui metode ini merupakan hal relatif baru dan pertama kali di dunia teknologi nuklir.
"Hal ini akan mampu mendorong kalangan akademisi terutama yang bergerak dalam bidang arkeologi untuk terus berinovasi dalam penggunaan nuklir sebagai upaya menyelematkan serta melestarikan benda-benda cagar budaya di Indonesia," imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengapresiasi penemuan dan penelitian menggunakan metode tenaga nuklir ini sebagai wujud menjaga keaslian benda cagar budaya.
"Saya akui kurang paham tentang metode apa yang paling tepat, tapi melihat perkembangan ilmu tekonologi seperti sekarang ini, penemuan apapun dalam rangka memastikan cagar budaya asli atau tidak patut itu sangat layak diapresiasi" pungkasnya. ***RED
0 Response to "Begini Cara Teknologi Nuklir Melacak Keaslian Suatu Benda"
Posting Komentar