Promo Spesial and Free Ongkir
Baca Juga
SIDAMULYANEWS - Satu dusun di Desa Jono Oge, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, lenyap akibat fenomena alam likuifaksi menyusul gempa berkekuatan 7,4 skala Richter (SR) yang mengguncang Sulawesi Tengah. Salah seorang warga dusun, Muhammad Aris, tinggal hanya 1 meter dari lahan yang ambles akibat gempa pada Jumat 28 September 2018 petang itu.
Aris menuturkan, ia berencana menjual hasil kebunnya ke Palu selepas azan Salat Magrib saat gempa besar mengguncang. Gempa dengan guncangan keras itu merobohkan sebagian rumahnya.
Istrinya yang sedang hamil berada di kamar mandi dan ibunya yang mengalami stroke 11 tahun tengah duduk di beranda.
"Saya selamatkan ibu saya yang duduk duduk di teras, karena lihat menara sudah jalan (bergeser). Istri ikut memegang saya, kami lari hingga Desa Sidera," ungkap Aris.
"Saya sampai tak bisa rasakan tangan saya, karena membopong ibu," katanya.
Aris akhirnya berhasil menggendong ibunya ke salah satu dari beberapa tempat pengungsian. Ia menyatakan khawatir atas kondisi stroke ibunya, namun hingga saat ini belum ada dokter yang datang karena akses dan komunikasi masih sulit.
Warga lain yang mengungsi termasuk Yunus, seorang penyandang tunanetra. Ia bersyukur atas apa yang dikatakannya selamat dari "gulungan ombak lumpur".
Istri dan anaknya tetapi hingga kini belum ditemukan. Sekujur tubuhnya luka saat menyelamatkan diri.
"Waktu (kejadian) lumpur seperti ombak menggulung sampai kepala, lalu dorong saya dari bawah lagi," cerita Yunus sambil menitikkan air mata.
Saat itu Yunus memegang benda-benda keras untuk bertahan hingga akhirnya ia bisa diselamatkan. Jalan dari kota Palu ke Desa Jono Oge, Kabupatan Sigi, sudah dapat diakses sejak Sabtu 7 Oktober.
Fakta yang Disaksikan di Jono Oge
Wartawan BBC News Indonesia, Silvano Hadjid dan Dwiki Martha, melewati banyak jalan yang retak dan bergelombang dari Palu ke Desa Jono Oge yang berjarak sekitar 15 kilometer. Di beberapa bagian, jalan merekah 10 sampai 50 sentimeter.
Di sepanjang perjalanan, banyak bangunan yang terlihat ambles sampai 1 meter dan kendaraan harus behenti dan perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki.
Guna menemui korban gempa di Desa Jono Oge, wartawan BBC News Indonesia harus melewati jalan-jalan yang ambles, termasuk dengan kedalaman 2 meter. Salah satu kawasan yang terkena likuifaksi masih basah sehingga harus dicari jalan putar.
Tim BBC News Indonesia, sempat jatuh ke lumpur sedalam 30 sentimeter. Di bagian lain, kedalaman lumpur mencapai 1 meter.
Kepala Pusat Data, Informasi, da Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan lebih dari 360 rumah rusak akibat gempa di Desa Jono Oge. "Berdasarkan citra satelit dari LAPAN, sekitar 202 hektare wilayah Jono Oge, Kabupaten Sigi, terdampak likuifaksi," paparnya.
Di Palu setidaknya 1.000 orang diperkirakan terkubur di kawasan likuifaksi dan amblesan di Petobo dan Balaroa.
BNPB menyatakan, berdasarkan laporan kepada desa setempat, jumlah korban hilang akibat likuifaksi dan tanah yang ambles, mungkin sekira 5.000 orang.
Artikel Terkait Lainnya :
Satu dusun di Desa Jono Oge, Kabupaten Sigi, hilang akibat fenomena alam likuifaksi dampak gempa 7,4 SR di Sulteng. |
Istrinya yang sedang hamil berada di kamar mandi dan ibunya yang mengalami stroke 11 tahun tengah duduk di beranda.
"Saya selamatkan ibu saya yang duduk duduk di teras, karena lihat menara sudah jalan (bergeser). Istri ikut memegang saya, kami lari hingga Desa Sidera," ungkap Aris.
"Saya sampai tak bisa rasakan tangan saya, karena membopong ibu," katanya.
Aris akhirnya berhasil menggendong ibunya ke salah satu dari beberapa tempat pengungsian. Ia menyatakan khawatir atas kondisi stroke ibunya, namun hingga saat ini belum ada dokter yang datang karena akses dan komunikasi masih sulit.
Warga lain yang mengungsi termasuk Yunus, seorang penyandang tunanetra. Ia bersyukur atas apa yang dikatakannya selamat dari "gulungan ombak lumpur".
Istri dan anaknya tetapi hingga kini belum ditemukan. Sekujur tubuhnya luka saat menyelamatkan diri.
"Waktu (kejadian) lumpur seperti ombak menggulung sampai kepala, lalu dorong saya dari bawah lagi," cerita Yunus sambil menitikkan air mata.
Saat itu Yunus memegang benda-benda keras untuk bertahan hingga akhirnya ia bisa diselamatkan. Jalan dari kota Palu ke Desa Jono Oge, Kabupatan Sigi, sudah dapat diakses sejak Sabtu 7 Oktober.
Fakta yang Disaksikan di Jono Oge
Wartawan BBC News Indonesia, Silvano Hadjid dan Dwiki Martha, melewati banyak jalan yang retak dan bergelombang dari Palu ke Desa Jono Oge yang berjarak sekitar 15 kilometer. Di beberapa bagian, jalan merekah 10 sampai 50 sentimeter.
Di sepanjang perjalanan, banyak bangunan yang terlihat ambles sampai 1 meter dan kendaraan harus behenti dan perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki.
Guna menemui korban gempa di Desa Jono Oge, wartawan BBC News Indonesia harus melewati jalan-jalan yang ambles, termasuk dengan kedalaman 2 meter. Salah satu kawasan yang terkena likuifaksi masih basah sehingga harus dicari jalan putar.
Tim BBC News Indonesia, sempat jatuh ke lumpur sedalam 30 sentimeter. Di bagian lain, kedalaman lumpur mencapai 1 meter.
Kepala Pusat Data, Informasi, da Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan lebih dari 360 rumah rusak akibat gempa di Desa Jono Oge. "Berdasarkan citra satelit dari LAPAN, sekitar 202 hektare wilayah Jono Oge, Kabupaten Sigi, terdampak likuifaksi," paparnya.
Di Palu setidaknya 1.000 orang diperkirakan terkubur di kawasan likuifaksi dan amblesan di Petobo dan Balaroa.
BNPB menyatakan, berdasarkan laporan kepada desa setempat, jumlah korban hilang akibat likuifaksi dan tanah yang ambles, mungkin sekira 5.000 orang.
0 Response to "Cerita dibalik Hilangnya 1 Dusun di Sigi "Tergulung Lumpur Berombak" Dampak Gempa 7,4 SR"
Posting Komentar