SIDAMULYANEWS - Sagu Ambom merupakan sebuah puisi karya dari W.S. Rendra. Puisi ini pernah dibacakan oleh Cristine Hakim dan Ario Bayu beberapa waktu lalu dalam acara Mata Najwa.
Promo Spesial and Free Ongkir
Baca Juga
- 3 Puisi Cinta, Romantis, Sedih, Islami, Menyayat Hati
- [Puisi] Definisi Puisi | Arti Puisi + Puisi (Bahasa Yunani Kuno)
- Buku Novel Andrea Hirata [PART 2] terbaru & terlengkap 2019
- 10 Contoh Kalimat Berita dalam Bahasa Indonesia +
- Kata-Kata Puisi: Kumpulan Puisi Romantis Menyentuh Kalbu! Terbaru + lengkap
- Rembulan Dalam Cappuccino [pdf]
- Isi dan Pesan Syair Nasehat Kepada Anak dari Raja Ali Haji
- Sistem Zonasi PPDB Ciamis; Menuai Pro & Kontra ! Ini Tanggapan Warga Bayasari Ciamis
- Tahun Pelajaran 2019-2020: Berikut Hasil Lengkap PPDB Online Kota Banjar (Update)
- Prodi Teknik Informatika 2019 Bakal Hadir Di Unigal
- Puisi: Surat Amplop Putih untuk PBB (Cipt Taufiq Ismail) + Makna
Cristine Hakim dan Ario Bayu
Sagu Ambon
Ombak beralun, o, mamae.
Pohon-pohon pala di bukit sakit.
Burung-burung nuri menjerit.
daripada membakar masjid
daripada membakar gereja
lebih baik kita bakar sagu saja.
Pohon-pohon kelapa berdansa.
Gitar dan tifa.
Dan suaraku yang merdu.
O, ikan,
O, taman karang yang bercahaya.
O, saudara-saudaraku,
lihat, mama kita berjongkok di depan kota yang terbakar.
Tanpa kusadari
laguku jadi sedih, mamae.
Air mata kita menjadi tinta sejarah yang kejam.
Laut sepi tanpa kapal layar.
Bumi meratap dan terluka.
Di mana nyanyian anak-anak sekolah?
Di mana selendangmu, nonae?
Di dalam api unggun aku membakar sagu.
Aku lihat permusuhan antara saudara itu percuma.
Luka saudara lukaku juga.
Artikel Terkait Lainnya :
Sagu Ambon
Ombak beralun, o, mamae.
Pohon-pohon pala di bukit sakit.
Burung-burung nuri menjerit.
daripada membakar masjid
daripada membakar gereja
lebih baik kita bakar sagu saja.
Pohon-pohon kelapa berdansa.
Gitar dan tifa.
Dan suaraku yang merdu.
O, ikan,
O, taman karang yang bercahaya.
O, saudara-saudaraku,
lihat, mama kita berjongkok di depan kota yang terbakar.
Tanpa kusadari
laguku jadi sedih, mamae.
Air mata kita menjadi tinta sejarah yang kejam.
Laut sepi tanpa kapal layar.
Bumi meratap dan terluka.
Di mana nyanyian anak-anak sekolah?
Di mana selendangmu, nonae?
Di dalam api unggun aku membakar sagu.
Aku lihat permusuhan antara saudara itu percuma.
Luka saudara lukaku juga.
0 Response to "7 Puisi Analisis Puisi: Sagu Ambon From W.S. Rendra"
Posting Komentar