Promo Spesial and Free Ongkir
Baca Juga
SIDAMULYANEWS - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan tingginya impor minyak dan gas (migas) hingga Agustus 2018 disebabkan beberapa kilang tidak bisa memproduksi secara maksimal.
"Mengenai kilang, ada beberapa kali mengalami unplanned shutdown, terutama kalau saya enggak salah bulan Juni dan Juli sehingga mengakibatkan impor produk lebih banyak dari impor crude oil," kata Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar di kantornya, Jakarta, Selasa (9/10/2018).
Pria kelahiran Padang itu tidak menyebut, kilang-kilang mana saja yang mati mendadak. Namun, dia menegaskan pemerintah telah menyiapkan sejumlah antisipasi agar hal serupa tidak terjadi lagi.
"Kita akan menambah dari segi peralatan. Maintenance Pertamina, strateginya lebih diarahkan kepada predictive maintenance. Kalau dengan predictive, kilang-kilang dunia itu menggunakan sistem yang sudah predictive. Pertamina juga akan mengarah ke sana, teknologi apa yang diperlukan, siapa penyedia teknologinya dan itu sudah kita bahas kemarin," tuturnya.
Kendati demikian, menurut Arcandra, faktor meroketnya harga minyak mentah dunia menjadi penyebab utama tingginya nilai impor migas. Harga minyak WTI saat ini berada di kisaran USD72 per barel, padahal asumsi pemerintah pada awal tahun harga rata-rata minyak mentah ada di kisaran USD48 per barel.
Arcandra menyebut volume impor migas hingga Agustus 2018 tidak jauh berbeda dengan periode yang sama tahun lalu. Hal itu sudah dipastikan setelah Kementerian ESDM melakukan konsolidasi data dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia, dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
"Dari sisi volume data sampai bulan Agustus itu tidak jauh berbeda dari data tahun lalu. cuma ada sedikit penambahan, ini mungkin karena pertumbuhan. Tapi dari sisi nilai, karena naiknya harga crude oil maka nilainya menjadi lebih tinggi," ucap Arcandra.
BPS mencatat neraca perdagangan Agustus 2018 kembali defisit USD1,02 miliar. Hal ini disebabkan terutama masih tingginya impor migas yang mencapai USD3,05 miliar sehingga menyebabkan defisit di sektor ini hingga USD1,6 miliar. Padahal, neraca nonmigas surplus USD639 juta.
Artikel Terkait Lainnya :
"Mengenai kilang, ada beberapa kali mengalami unplanned shutdown, terutama kalau saya enggak salah bulan Juni dan Juli sehingga mengakibatkan impor produk lebih banyak dari impor crude oil," kata Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar di kantornya, Jakarta, Selasa (9/10/2018).
Pria kelahiran Padang itu tidak menyebut, kilang-kilang mana saja yang mati mendadak. Namun, dia menegaskan pemerintah telah menyiapkan sejumlah antisipasi agar hal serupa tidak terjadi lagi.
"Kita akan menambah dari segi peralatan. Maintenance Pertamina, strateginya lebih diarahkan kepada predictive maintenance. Kalau dengan predictive, kilang-kilang dunia itu menggunakan sistem yang sudah predictive. Pertamina juga akan mengarah ke sana, teknologi apa yang diperlukan, siapa penyedia teknologinya dan itu sudah kita bahas kemarin," tuturnya.
Kendati demikian, menurut Arcandra, faktor meroketnya harga minyak mentah dunia menjadi penyebab utama tingginya nilai impor migas. Harga minyak WTI saat ini berada di kisaran USD72 per barel, padahal asumsi pemerintah pada awal tahun harga rata-rata minyak mentah ada di kisaran USD48 per barel.
Arcandra menyebut volume impor migas hingga Agustus 2018 tidak jauh berbeda dengan periode yang sama tahun lalu. Hal itu sudah dipastikan setelah Kementerian ESDM melakukan konsolidasi data dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia, dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
"Dari sisi volume data sampai bulan Agustus itu tidak jauh berbeda dari data tahun lalu. cuma ada sedikit penambahan, ini mungkin karena pertumbuhan. Tapi dari sisi nilai, karena naiknya harga crude oil maka nilainya menjadi lebih tinggi," ucap Arcandra.
BPS mencatat neraca perdagangan Agustus 2018 kembali defisit USD1,02 miliar. Hal ini disebabkan terutama masih tingginya impor migas yang mencapai USD3,05 miliar sehingga menyebabkan defisit di sektor ini hingga USD1,6 miliar. Padahal, neraca nonmigas surplus USD639 juta.
0 Response to "Kilang Minyak RI Mati, Impor BBM Melejit! Ini Kata Menteri ESDM"
Posting Komentar