Promo Spesial and Free Ongkir
Baca Juga
SIDAMULYANEWS - Puisi Diafan. Puisi transparan merupakan istilah lain dari puisi diafan. Transparan memiliki arti jernih atau bening. Dengan demikian puisi diafan adalah puisi yang mudah dilihat artinya mudah dipahami isinya karena hampir semua kata-katanya terbuka, tidak banyak menggunakan lambang-lambang atau kiasan-kiasan. Jadi apa yang dimaksud oleh penyairnya lekat dengan kata-kata yang dipilihnya.
Dalam memahami puisi jenis ini ( puisi diafan) tidak banyak dibutuhkan asosiasi, cukup dengan memberikan perhatian seperti halnya ketika ingin memahami karangan yang berupa prosa.
Intensitas bahasa yang merupakan syarat dan ciri utama dari karya sastra puisi, tidak seberapa dihiraukan. Akan tetapi tidak berarti sepenuhnya mengabaikan syarat-syat sebuah puisi. Bagaimanapun lugasnya puisi diafan ini, unsur kepuitisannya tetap dapat dirasakan, yakni pada rima dan irama yang ada di adalamnya.
20 SEPTEMBER 1966
seorang kawan menepuk bahu
pandangannya tajam pasti, suranya berat :
bagaimana seandainyasituasi politi berbalik
kaum penghianat
kembali menusukkan kuku-kukunya
yang panjang hitam dan kotor
di leher kita
kamu ditendang tak diberi ruang
kubalas pandang tajam pasti
dalam suara jawaban yang juga pasti :
soalnya bukan ditendang atau tidak ditendang
bukan digeser atau tidak digeser
penjara atau bukan penjara
dibunuh atau tidak dibunuh
soalnya adalah :
bahwa kita meyakini
perjuangan itu benar
mengandung nilai moral
yang tinggi
mengandung nilai kemanusiaan
yang tinggi
cita-cita manusia sebenarnya
dan penyelamatan generasi
kita tidak sendiri
barisan perjuangan penuntut hak azasi
warganegara
berjuta jumlahnya
itulah soalnya !
( Sandy Tyas)
Dalam puisi di atas terlihat pemakaian kata-kata tersebut tidak jauh beda dengan pemakaiannya seperti dalam karya sastra prosa. Hampir semua katanya menunjuk pengertian yang dimaksud penyair. Perbedaanya dengan bentuk prosa hanya pada susunan baris-barisnya atau tifografinya saja dan sedikit ada permainan persajakan. Itulah sebabnya jenis karya sastra puisi diafan ini sering disebut dengan istilah puisi prosais.
Puisi Prismatis
Puisi prismatis merupakan kebalikan dari puisi diafan. Puisi jenis ini sangat mengandalkan pemakaian kata-kata dalam bentuk perlambangan atau kiasan. Kata-katanya sering mempunyai kemungkinan makna lebih dari satu (poly-interpretable), bahkan terkadang menunjuk pada pengertian bersifat konotatif.
Kadang-kadang kata dalam puisi prismatis ini sangat pribadi, artinya simbol-simbol yang digunakan hanya khas milik pribadi pengarangnya. Bahkan tidak jarang puisi prismatis ini terdiri atas kata-kata atau kalimat-kalimat yang supra rasional.
SONET X
Siapa menggores di langit biru
siapa meretas di awan lalu
siapa mengkristal di kabut itu
siapa mengertap di bunga layu
siapa cerna di warna ungu
siapa bernafas di detak waktu
siapa berkelebat setiap kubuka pintu
siapa mencair di bawah pandangku
siapa terucap di celah kata-kataku
siapa mengaduh di bayang-bayang sepiku
siapa tiba menjemput berburu
siapa tiba-tiba menyibak cadarku
siapa meledak dalam diriku
: siapa Aku
( Sapardi Joko Darmono )
Untuk memahami puisi di atas, pembaca tidak dapat mengandalkan makna yang terdapat di dalam kamus sebab hampir semua kata yang dipakainya bersayap dan sangat personal. Demikian pembahasan puisi prismatis dan puisi diafan. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan kita.
Artikel Terkait Lainnya :
Dalam memahami puisi jenis ini ( puisi diafan) tidak banyak dibutuhkan asosiasi, cukup dengan memberikan perhatian seperti halnya ketika ingin memahami karangan yang berupa prosa.
Intensitas bahasa yang merupakan syarat dan ciri utama dari karya sastra puisi, tidak seberapa dihiraukan. Akan tetapi tidak berarti sepenuhnya mengabaikan syarat-syat sebuah puisi. Bagaimanapun lugasnya puisi diafan ini, unsur kepuitisannya tetap dapat dirasakan, yakni pada rima dan irama yang ada di adalamnya.
20 SEPTEMBER 1966
seorang kawan menepuk bahu
pandangannya tajam pasti, suranya berat :
bagaimana seandainyasituasi politi berbalik
kaum penghianat
kembali menusukkan kuku-kukunya
yang panjang hitam dan kotor
di leher kita
kamu ditendang tak diberi ruang
kubalas pandang tajam pasti
dalam suara jawaban yang juga pasti :
soalnya bukan ditendang atau tidak ditendang
bukan digeser atau tidak digeser
penjara atau bukan penjara
dibunuh atau tidak dibunuh
soalnya adalah :
bahwa kita meyakini
perjuangan itu benar
mengandung nilai moral
yang tinggi
mengandung nilai kemanusiaan
yang tinggi
cita-cita manusia sebenarnya
dan penyelamatan generasi
kita tidak sendiri
barisan perjuangan penuntut hak azasi
warganegara
berjuta jumlahnya
itulah soalnya !
( Sandy Tyas)
Dalam puisi di atas terlihat pemakaian kata-kata tersebut tidak jauh beda dengan pemakaiannya seperti dalam karya sastra prosa. Hampir semua katanya menunjuk pengertian yang dimaksud penyair. Perbedaanya dengan bentuk prosa hanya pada susunan baris-barisnya atau tifografinya saja dan sedikit ada permainan persajakan. Itulah sebabnya jenis karya sastra puisi diafan ini sering disebut dengan istilah puisi prosais.
Puisi Prismatis
Puisi prismatis merupakan kebalikan dari puisi diafan. Puisi jenis ini sangat mengandalkan pemakaian kata-kata dalam bentuk perlambangan atau kiasan. Kata-katanya sering mempunyai kemungkinan makna lebih dari satu (poly-interpretable), bahkan terkadang menunjuk pada pengertian bersifat konotatif.
Kadang-kadang kata dalam puisi prismatis ini sangat pribadi, artinya simbol-simbol yang digunakan hanya khas milik pribadi pengarangnya. Bahkan tidak jarang puisi prismatis ini terdiri atas kata-kata atau kalimat-kalimat yang supra rasional.
SONET X
Siapa menggores di langit biru
siapa meretas di awan lalu
siapa mengkristal di kabut itu
siapa mengertap di bunga layu
siapa cerna di warna ungu
siapa bernafas di detak waktu
siapa berkelebat setiap kubuka pintu
siapa mencair di bawah pandangku
siapa terucap di celah kata-kataku
siapa mengaduh di bayang-bayang sepiku
siapa tiba menjemput berburu
siapa tiba-tiba menyibak cadarku
siapa meledak dalam diriku
: siapa Aku
( Sapardi Joko Darmono )
Untuk memahami puisi di atas, pembaca tidak dapat mengandalkan makna yang terdapat di dalam kamus sebab hampir semua kata yang dipakainya bersayap dan sangat personal. Demikian pembahasan puisi prismatis dan puisi diafan. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan kita.
0 Response to "Puisi Diafan dan Puisi Prismatis | Sidamulyanews"
Posting Komentar