Bahar bin Smith, Ini Biografi Lengkap Hingga Menjadi Aktivis FPI & Kontroversi

Promo Spesial and Free Ongkir

Baca Juga

Habib Bahar bin Smith (Arab: بحر بن سميط‎; Transliterasi: Baḥr bin Sumayṭ; pengucapan bahasa Arab: [baħr bin sumajtˤ] nama lengkap: (Arab: سيد بحر بن علي بن علوي بن عبد الرحمن بن سميط; Transliterasi: Sayyid Baḥr bin ‘Alī bin ‘Alawī bin ‘Abd ar-Raḥman bin Sumayṭ); lahir di Manado, 23 Juli 1985; umur 33 tahun) adalah seorang ulama dan pendakwah Indonesia asal Manado, Sulawesi Utara. Bahar merupakan pemimpin dan pendiri Majelis Pembela Rasulullah yang berkantor pusat di Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Selain itu, dia juga merupakan pendiri Pondok Pesantren Tajul Alawiyyin di Kemang, Bogor. Bahar dikenal sebagai seorang pendakwah yang sering memprovokasi massa, namun isi ceramahnya tegas dan menyejukan. Pada setiap ceramahnya, dia selalu didampingi dan dijaga ketat oleh Laskar Pembela Islam dan Front Pembela Islam, namun tidak jarang pula didampingi oleh Barisan Ansor Serbaguna ketika dia berdakwah di tempat yang masyarakatnya berafiliasi dengan Nahdlatul 'Ulama.

Biografi
Kehidupan awal: Bahar bin Smith lahir di Manado, Sulawesi Utara sebagai anak pertama dari tujuh bersaudara. Dia berasal dari keluarga Arab Hadhrami golongan Alawiyyin bermarga Aal bin Sumaith (Arab: آل بن سميط‎; Transliterasi: Aāl bin Sumayṭ; pengucapan bahasa Arab: [ʔaːl bin sumajtˤ]), ayahnya bernama Sayyid Ali bin Alwi bin Smith (w. 17 Oktober 2011), sedangkan ibunya bernama Isnawati Ali. Bahar mempunyai enam orang adik, tiga di antaranya adalah Ja'far bin Smith, Sakinah Smith, dan Zein bin Smith.
Kehidupan pribadi: Pada tahun 2009, Bahar menikahi seorang Syarifah bermarga Aal Balghaits (Arab: آل بالغيث; Transliterasi: Aāl Balġayṯ; pengucapan bahasa Arab: [ʔaːl balɣajθ]) bernama Fadlun Faisal Balghoits. Dari pernikahannya dengan Fadlun, Bahar dikaruniai empat anak: Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin Smith, Syarifah Aliyah Zharah Hayat Smith, Syarifah Ghaziyatul Gaza Smith, dan Sayyid Muhammad Rizieq Ali bin Smith. Anak terakhirnya, Ali, lahir pada tanggal 4 Februari 2018. Bahar memberikan nama Muhammad Rizieq Ali kepada anak terakhirnya atas penghormatan kepada gurunya, Muhammad Rizieq Shihab, dan bentuk tawassul kepada leluhurnya, Ali bin Abi Thalib.

Aktivitas
Keorganisasian: Bahar merupakan pendiri dan pemimpin Majelis Pembela Rasulullah sejak tahun 2007. Kantor pusat Majelis Pembela Rasulullah terletak di Pondok Aren, Tangerang Selatan. Sementara pengikut Bahar mencapai ratusan orang yang berdomisili di Ciputat, Tangerang Selatan; Pesanggrahan, Jakarta Selatan; dan Pondok Aren, Tangerang Selatan. Bersama para anggota Majelis Pembela Rasulullah, Bahar kerap melakukan aksi razia dan penutupan paksa di beberapa tempat hiburan di Jakarta. Aksinya yang paling menonjol adalah ketika dia menggerakan sekitar 150 orang jamaah Majelis Pembela Rasulullah pada bulan Ramadan tahun 2012 untuk melakukan razia di Cafe De Most Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Hal tersebut dilakukannya karena kafe tersebut diduga sebagai sarang maksiat, dia kemudian menutup paksa Cafe De Most dan meminta agar tempat tersebut ditutup sebulan penuh selama bulan Ramadan.

Selain itu, Bahar juga mendirikan Pondok Pesantren Tajul Alawiyyin yang mengadopsi sistem salaf di daerah Pabuaran, Kemang, Bogor. Dia juga dikenal dekat dengan ormas Islam bentukan Habib Muhammad Rizieq Shihab, Front Pembela Islam. Bahkan, Selain Rizieq Shihab, Bahar merupakan tokoh utama penggerak serangkaian Aksi Bela Islam yang menuntut agar Basuki Tjahaja Purnama diadili terkait pernyataannya yang dianggap menghina Islam.

Dakwah: Bahar sering berdakwah di berbagai acara peringatan hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad dan Isra Mikraj. Pada setiap ceramahnya, dia selalu didampingi dan dijaga ketat oleh Front Pembela Islam serta kerap bersikap keras dan terkesan bersebrangan dengan Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama. Namun, tidak jarang pula dia didampingi dan dikawal oleh Barisan Ansor Serbaguna saat berdakwah di tempat yang masyarakatnya berafiliasi dengan Nahdlatul 'Ulama, seperti ketika dia berdakwah dalam kondisi kurang sehat di Pondok Pesantren Modern Al-Husainy, Tangerang Selatan pimpinan Habib Ali Alwi. Ali Alwi yang dikenal dekat dengan Nahdlatul 'Ulama langsung meminta agar Banser NU ikut mengawal Bahar secara khusus ketika berdakwah dengan kondisi selang infus yang masih menempel.

Kontroversi
Aksi Sweeping: Sebagai pemimpin Majelis Pembela Rasulullah, Bahar bersama pengikutnya kerap melakukan aksi sweeping dan penutupan paksa di beberapa tempat hiburan yang dianggap melanggar syariat yang beroperasi di wilayah Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan.[14] Pada bulan Ramadan tahun 2012, tepatnya hari Minggu, 29 Juli 2012, sekitar pukul 01.30 dini hari, dia pernah menggerakan sekitar 150 pengikutnya untuk melakukan aksi sweeping yang disertai aksi perusakan di Kafe De Most yang terletak di Jalan Veteran Raya, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Dalam aksinya itu, mereka menuntut agar pihak kafe menutup bisnisnya sebulan penuh selama bulan Ramadan. Selain itu, massa juga melengkapi diri dengan senjata tajam seperti celurit, golok, stik golf dan lainnya. Bahkan, peralatan senjata tajam itu dibuat khusus menjelang aksi, seperti empat buah pedang yang dibuat seminggu sebelum kejadian. Aksi tersebut telah direncanakan 2 minggu sebelumnya. Rencananya, setelah melakukan aksi dari Pesanggrahan, Bahar dan jemaahnya akan melakukan razia di Kafe Putri, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dari Cipulir, massa merencanakan untuk merazia kafe lainnya di Ciledug, Tangerang. Namun, belum sampai ke lokasi-lokasi tersebut, polisi yang mendapatkan informasi adanya aksi sweeping di Kafe De Most, Pesanggrahan oleh ormas Majelis Pembela Rasulullah pun langsung melakukan pengamanan. Aksi mereka mendapat hadangan dari petugas gabungan Polresta Tangerang, Polsek Pondok Aren, Koramil 19 Pondok Aren, dan Satpol PP Pondok Aren.

Polisi kemudian menangkap Bahar dan 62 orang pengikutnya, serta menyita 1 golok, 1 celurit, 4 samurai, 4 stik golf, 1 stik besi, 1 kayu, 1 bendera Majelis Pembela Rasulullah, serta satu set alat musik milik kafe. Dari 62 orang yang ditangkap, 41 di antaranya merupakan anak yang masih di bawah umur. Bahkan, ada anak berusia 13 tahun yang ikut serta dalam aksi sweeping tersebut. Polisi kemudian menetapkan 23 orang termasuk Bahar sebagai tersangka karena terbukti melakukan pengrusakan dengan senjata tajam, dua di antaranya adalah anak di bawah umur yang kedapatan membawa golok dan celurit. Atas hal tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sangat menyayangkan keterlibatan anak kecil dalam aksi tersebut. KPAI juga meminta petugas memberikan penangguhan penahanan terhadap kedua anak itu.

Polisi kemudian menjerat Bahar dan pengikutnya dengan Pasal 170 KUHP tentang pengrusakan dengan ancaman hukuman lima tahun. Selain itu, mereka juga dijerat Pasal 2 Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dengan ancaman hukuman 12 tahun. Sementara itu, kedua anak di bawah umur yang menjadi tersangka dapat dihukum dengan ancaman enam tahun penjara di bawah Undang-Undang Darurat 1951 karena membawa senjata tajam, dan dua setengah tahun karena menghancurkan properti pribadi. Setelah ditahan dan dilakukan interogasi singkat, Bahar mengaku bersalah dan menyesal karena tidak melapor kepada pihak kepolisian terkait pelanggaran yang dilakukan Kafe De Most karena menjual minuman beralkohol.

Selain terlibat dalam aksi sweeping tahun 2012, pada tahun 2010, Bahar juga pernah terlibat dalam aksi penyerangan terhadap jemaat Ahmadiyah di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Selain itu, pada tahun yang sama, Bahar juga pernah terlibat dalam Kerusuhan Koja terkait sengketa makam Mbah Priok di Jakarta Utara.

Ceramah provokasi
Bahar dikenal sebagai seorang pendakwah yang dianggap sering memprovokasi massa. Dalam ceramahnya yang beredar di media sosial, dia kerap melontarkan ceramah yang memprovokasi umat Islam untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar dengan perilaku yang dianggap tindak kekerasan. Selain itu, dalam ceramahnya dia juga kerap menyebut bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) adalah sarang Partai Komunis Indonesia (PKI). Terkait hal tersebut, organisasi sayap Islam PDIP, Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (PP Bamusi) mengkritik pernyataan Bahar tersebut. Bamusi menyindir bahwa Habib Bahar kurang bacaan dan literatur, serta tuduhan yang dilontarkannya kepada PDIP tanpa tabayun tersebut telah menjadi fitnah dan merusak citra penceramah agama.

Ceramah anti-Jokowi
Pada akhir November 2018, video ceramah Bahar viral di media sosial. Di tengah proses pilpres 2019 yang panas, Bahar berkata bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang adalah kader PDIP, sebagai pengkhianat bangsa, negara, dan rakyat. Ia juga menyebut Jokowi sebagai banci dan meminta jama'ah untuk membuka celana Jokowi supaya terlihat apa ada darah menstruasi di sana. Kemudian Bahar juga menuduh Jokowi hanya mensejahterakan orang-orang non-Muslim (kafir), orang Tionghoa-Indonesia ("Cina"), dan perusahaan-perusahaan Barat serta memperbudak pribumi. Ia juga menyalahkan jama'ah karena tidak memenangkan capres Prabowo Subianto yang didukung FPI di pilpres sebelumnya. Bahar kemudian dilaporkan ke Kepolisian Negara Republik Indonesia atas dugaan ujaran kebencian. Bahar juga mendapat kecaman dari anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Achmad Baidowi dan Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Moeldoko. Namun, ia dibela oleh sesama pendukung Prabowo seperti Persaudaraan Alumni 212[28] dan anggota dewan pengarah Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi Fadli Zon.
Artikel Terkait Lainnya :

Masukkan Email Anda Untuk Menjadi Pengunjung Premium Kami

Kontribusikan Moment Kalian Disini !!!

0 Response to "Bahar bin Smith, Ini Biografi Lengkap Hingga Menjadi Aktivis FPI & Kontroversi"

Posting Komentar