Puisi Karya Hartoyo A: Tugas Kajian Puisi Perempuan Perkasa

Promo Spesial and Free Ongkir

Baca Juga

SIDAMULYANEWS - Tugas Kajian Puisi Perempuan-Perempuan Perkasa Karya Hartoyo Andangdjaya

Nama: Ani Wijiastuti
NIM: AAB 112002

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Palangkaraya
2014
Analisa Puisi Perempuan-Perempuan Perkasa
(Karya Hartoyo Andangdjaya)

Perempuan-Perempuan Perkasa

Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah mereka
ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
sebelum peluit kereta pagi terjaga
sebelum hari bermula dalam pesta kerja

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta, kemanakah mereka
di atas roda-roda baja mereka berkendara
mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota
merebut hidup di pasar-pasar kota

Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka
mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa

Hartoyo Andangdjaya 1973

Pada prinsipnya seorang pengupas sajak dapat memulai analisa di mana saja. Makna keseluruhan, makna yang esensial dalam puisi Perempuan-Perempuan Perkasa  karya Hartoyo Andangdjaya  mempunyai gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang yaitu tentang perjuangan hidup seorang perempuan jelata yang menjadi penopang kehidupan masyarakat, tampak dari keseharian mereka setiap subuh datang ke kota kecil menunggu kereta paling pagi untuk menjual dagangannya ke pasar kota. Setiap hari bekerja keras untuk membantu perekonomian keluarga, pengorbanan dan kerja keras para ibu-ibu digambarkan sebagai perempuan-perempuan perkasa.

Kata kunci dalam puisi Perempuan-Perempuan Perkasa yaitu ungkapan /perempuan-perempuan perkasa/, karena ungkapan /perempuan-perempuan/ dalam puisi tersebut diulang tiga kali. Makna /perempuan-perempuan perkasa/ yaitu  perempuan yang bekerja keras untuk menafkahi keluarganya. Ungkapan /perempuan-perempuan/

Bait pertama mempunyai makna yaitu melukiskan  perempuan-perempuan perkasa, yang berangkat dari desa di pagi buta. Aktivitas kerja belum dimulai, sehingga berangkatnya para perempuan perkasa digambarkan sangat pagi. Pagi yang sangat gelap dan sepi.

Bait kedua melukiskan  perempuan-perempuan perkasa tersebut, berangkat menggunakan kereta hendak berlomba dengan matahari pagi menuju ke gerbang kota untuk memperoleh kehidupan di pasar. Kata ‘berlomba’ mengandung makna bahwa mereka berjuang dengan gigih, ulet  untuk  meraih suatu kehidupan yang lebih layak dengan berbagai cara.

Bait ketiga yaitu untuk menyatakan perempuan-perempuan perkasa itu merupakan perempuan jelata tetapi menopang kehidupan masyarakat desa. Larik /akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota/. Kemudian  pernyataan tersebut dijelaskan lagi melalui bait berikutnya /mereka: cinta kasih yang bergerak menghidupi dari desa demi desa/.

Secara konotasi mengandung makna bahwa segala usaha mereka tempuh untuk menopang kehidupan keluarga dengan melewati rintangan dan duka nestapa.

Kata inti pada puisi Perempuan-Perempuan Perkasa yaitu kata ‘terjaga’, ‘menghidupi’, ‘berlomba’, dan ungkapan inti ‘pagi buta’. Kata inti ‘terjaga’ dalam puisi tersebut artinya selalu menjaga, mengawasi, dan memperhatikan keluarganya agar keluarga dan anak-anaknya bahagia.

Kata ‘menghidupi’ artinya yaitu menafkahi dan memberikan kasih sayang kepada keluarga dan anak-anaknya. Kata ‘berlomba’ artinya memperjuangkan dan berusaha sekuat tenaga agar keluarga dan anak-anaknya bahagia. Ungkapan kunci /perempuan-perempuan perkasa/ merupakan ungkapan kunci yang tidak ambigu.

Perempuan-Perempuan Perkasa  karya Haryono Andangdjaya dalam larik /Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta/ memilki persamaan makna dengan puisi Jalan Raya Ibu Kota karya Leon Agusta, dalam lariknya /cahaya yang rebah dari timur dan kabut masih kental mendekap jendela/ yaitu yang  menggambarkan suasana pagi yang masih sepi dan sunyi namun sudah terbangun untuk bekerja.
   
Tata bahasa yang digunakan dalam puisi Perempuan-Perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangdjaya menggunakan bahasa yang indah dan puitis. Pilihan kata yang dipakai sederhana dan menggunakan kata-kata kiasan yang mudah dipahami, kata-kata yang digunakan mempertajam imajinasi, simbol, gaya, rima yang digunakan sangat sederhana tapi menyatu satu sama lainnya sehingga menghasilkan puisi yang indah.

Diksi yang digunakan adalah kata-kata yang bernada perjuangan meraih kehidupan. Diksi tersebut tertuang pada larik /sebelum peluit kereta api terjaga/, /sebelum hari bermula dalam pesta kerja/, /berlomba dengan surya/, /merebut hidup di pasar-pasar kota/, dan /akar-akar yang melata/. Diksi ‘bakul’ menandai masyarakat desa dengan tingkat ekonomi yang rendah dan miskin. Kata ‘perempuan-perempuan’ digunakan untuk membedakan dengan kata wanita yang berkonotasi negatif.

Secara etimologi kata perempuan mempunyai nilai rasa positif dibandingkan  dengan kata wanita. Pemilihan kata atau diksi juga sangat bagus, seperti kata peluit pada kalimat sebelum peluit kereta pagi terjaga, peluit disini artinya klakson kereta, kenapa dipilih kata peluit karna untuk mendapatkan kesan yang lebih puitis.

Majas atau gaya bahasa yang digunakan dalam puisi Perempuan-Perempuan Perkasa merupakan majas metafora. Puisi ini juga mengandung majas simile. Simile adalah membandingkan dua hal yang secara hakiki berbeda, tetapi mengandung segi-segi yang serupa.

Simile biasanya ditandai dengan kata ‘bagaikan’, ‘laksana’, dan lain-lain. Selain simile, puisi ini juga mengandung majas personifikasi. Personifikasi adalah mengumpamakan benda mati sebagai orang atau manusia. Contoh personifikasi dalam puisi tersebut yaitu dalam larik /berlomba dengan surya/, /sebelum peluit kereta api terjaga/, /akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota/.

Aspek puitis yang paling menonjol yaitu aspek bunyi.  Persajakan (rima) yaitu dalam puisi tersebut bunyi berulang secara terpola. Aspek bunyi vokal /a/ sangat menonjol, terlihat dari bait pertama sampai bait ketiga  pemunculannya sangat intensif, vokal /a/ menguasai hampir seluruh bait puisi.

Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah mereka a
ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa a
sebelum peluit kereta pagi terjaga a
sebelum hari bermula dalam pesta kerja a

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta, kemanakah mereka a
di atas roda-roda baja mereka berkendara a
mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota a
merebut hidup di pasar-pasar kota a

Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka a
mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa a
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota a
mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa a

Lepas dari aspek tersebut perlu diperhatikan pula aspek formal yang lain, misalnya panjang lariknya dan pembagian baitnya. Dari segi ini pun sajak kita mulai dengan penyimpangan dari pola larik sajak Melayu lama yang sebagian besar masih dipertahankan di zaman Pujangga Baru.

Cara pemisahan pemotongan puisi Perempuan-Perempuan Perkasa  yaitu enjambemen. Enjambemen adalah pemenggalan larik suatu puisi yang dilanjutkan pada larik berikutnya.

Artikel Terkait Lainnya :

Masukkan Email Anda Untuk Menjadi Pengunjung Premium Kami

Kontribusikan Moment Kalian Disini !!!

0 Response to "Puisi Karya Hartoyo A: Tugas Kajian Puisi Perempuan Perkasa"

Posting Komentar