Promo Spesial and Free Ongkir
Baca Juga
ESET Ungkap 3 Penyebab Utama Kebobolan Data di Asia Pasifik. |
Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi paling menonjol di kawasan tersebut, yang kemudian menjadikannya pusat perhatian setiap mata, termasuk para penjahat siber.
Ada 3 penyebab utama kebobolan data di Asia Pasifik yang berhasil diungkap ESET. Pertama, pembobolan data paling besar disebabkan oleh serangan virus yang mencapai 27 persen. Kedua, oleh pelanggaran media sosial sebesar 20 persen, dan ketiga oleh pencurian data personal sebesar 19 persen.
IT Security Consultant PT Prosperita ESET Indonesia, Yudhi Kukuh, mengatakan, ketika negara-negara APAC (Asia Pasifik) terus mendorong agenda dan perkembangan digital, konsumen menghabiskan lebih banyak waktu di internet, terutama melalui smartphone mereka.
“Indonesia memiliki tingkat penetrasi e-commerce mobile tertinggi di dunia, sedangkan Thailand memimpin dalam penetrasi mobile banking. Sementara, aplikasi ride-hailing adalah yang teratas dalam layanan mobile internet di Singapura,” kata Yudhi, dalam keterangannya yang diterima HR Online, Rabu (19/06/2019).
Tingginya aktivitas penggunaan internet di Asia Pasifik mendorong ESET melakukan survei konsumen di seluruh wilayah untuk mempelajari tentang perilaku, dan juga kebiasaan online mereka.
Sebanyak 2.000 responden dari masing-masing negara seperti Hongkong, India, Indonesia, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Thailand disurvei.
Tujuannya untuk mengatasi perbedaan dalam kecakapan siber antara negara-negara yang disurvei, serta menganalisis kebiasaan mereka berdasarkan interaksi online.
Selain itu, ESET juga coba mempelajari kesadaran mereka tentang ancaman keamanan siber dasar, praktik terbaik, dan tindakan mereka secara online.
Dari hasil survei itu diketahui bahwa miliaran catatan pribadi dikompromikan ketika organisasi global mengalami pelanggaran data pada tahun 2018, dan menurut Survei Perilaku Konsumen diketahui ada 3 penyebab utama kebobolan data.
Di Indonesia. berdasarkan telemetri ESET kita dapat mengetahui bahwa serangan virus masih mendominasi dari serangan siber yang masuk, dan ini terjadi dari waktu ke waktu. Ini menunjukkan kita masih lemah dalam hal kesadaran keamanan siber.
Dia pun mengungkap, lemahnya kesadaran keamanan juga disorot dalam survei yang dilakukan ESET dengan hasil menunjukkan bahwa, sebesar 27 persen responden percaya diri dalam memahami ancaman dunia maya.
Hal ini tentunya mengkhawatirkan, karena sama artinya 73 persen responden lainnya mungkin hanya memiliki pemahaman yang dangkal mengenai ancaman siber.
Ketika responden ditanya dari mana sebagian besar serangan siber berasal, mereka merespon dengan mengatakan “Mengunduh file dari internet” sebagai pilihan utama mereka.
Sementara, 28 persen pengguna internet di Indonesia tidak pernah menggunakan sumber yang tak resmi ketika mengunduh atau streaming video karena sadar bahaya situs semacam itu.
Sebaliknya, 72 persen responden menggunakan sumber yang tidak resmi, ditambah sebagian besar responden yang mengakses internet via ponsel sebesar 90 persen, sehingga menempatkan mereka dalam bahaya infeksi malware.
Peneliti senior ESET, Nick Fitz Gerald, mengatakan, di sini kita dapat melihat konsumen yang menyadari atau mengetahui dari mana asal serangan datang, namun mereka tetap melakukan juga aktivitas tersebut.
Sisi ini juga yang perlu disadarkan bagaimana menjalankan praktik keamanan yang baik agar terhindar menjadi korban. Karena, pengetahuan adalah kekuatan dalam hal keamanan siber.
“Seiring kita terus menuju masa depan yang lebih digital, penting pula bagi konsumen untuk memahami jenis ancaman yang berpotensi mereka hadapi, serta bagaimana mereka dapat menghindarinya,” tandasnya.
Menurut Nick, tidak dapat dihindari bahwa kita perlu membagikan data secara online, tetapi melakukannya dengan aman adalah yang menjadi perbedaan besar. selama ini jd tidak norma
Untuk menghindari diri menjadi korban dari pembobolan data, berikut beberapa tips dari ESET bagi para pengguna internet;
Hindari mengklik lampiran atau tautan sembarangan
Penjahat siber selalu berupaya menipu dengam membuat tautan yang mirip dengan bank, operator telekomunikasi, perusahaan listrik atau gas, layanan pajak, serta organisasi sah lainnya. Selain itu, kata sandi adalah kunci menuju privasi digital Anda.
“Jadi, gunakan kata sandi yang unik dan kompleks dengan kombinasi huruf, angka, serta simbol huruf besar dan kecil, dan jangan gunakan kata sandi yang sama di seluruh akun Anda. Untuk memperkuatnya, gunakan otentikasi dua faktor sebagai lapisan pertahanan tambahan.
Data back-up
Jika komputer Anda terinfeksi ransomware, malware, atau Crash,maka satu-satunya cara untuk memastikan mengembalikan data Anda yang hilang adalah dengan mencadangkannya, dan melakukannya secara teratur.
Hal ini juga berarti bahwa, jika Anda salah menaruh data atau menghapus sesuatu secara tidak sengaja, itu selalu dapat dipulihkan.
Pastikan menggunakan solusi keamanan yang kuat, terkini dan ringan digunakan. Sebab, ancaman online menjadi semakin canggih, dan penjahat siber akan selalu mengikuti pola tren sosial apa pun untuk menyebarkan malware.
Kemudian, pastikan semua perangkat lunak di PC tetap mutakhir dengan selalu melakukan update atau pembaruan dan patch terbaru. Dengan menjaga supaya perangkat lunak bisa tetap mutakhir, kerentanan potensial termasuk zero-day bisa ditambal, sehingga dapat menghentikan penjahat siber dan peretas melakukan kejahatan.
Verifikasi Situs Web Tempat Anda Aman
Sebelum memasukkan detail pembayaran ke situs web mana pun, periksa apakah URL dimulai dengan https. Hindari jika situs tersebut memiliki kesalahan ketik yang jelas, atau tidak ada bukti dari informasi keamanan atau simbol yang dikenali.
Jika merasa ragu, klik tanda centang VeriSign untuk memverifikasi identitas situs. Itulah penyebab utama kebobolan data tempat Anda tahu.
0 Response to "ESET Ungkap 3 Penyebab Utama Kebobolan Data di Asia Pasifik"
Posting Komentar