Promo Spesial and Free Ongkir
Baca Juga
JAKARTA - Sidamulyanews, Ketua Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Tety Sulastri mengungkapkan, salah satu harapan pada HGN, yakni nasib guru honorer. Menurut dia, saat ini perhatian pemerintah terhadap guru honorer masih minim.
"Tety Sulastri selaku FGII menegaskan, tolong perhatikan teman-teman kami yang saat ini masih jadi guru honorer. Apapun bentuknya yang penting diperhatikan dulu," ucapnya dalam konferensi pers HGN di Kemdikbud, Jakarta, baru-baru ini. Sejalan dengan FGII, Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Muhammad Asmin mengatakan, guru berhak mendapatkan kesejahteraan yang layak, termasuk perlindungan. Hal ini, lanjut dia, juga harus diiringi dengan peningkatan kualitas guru dalam mengajar. Menanggapi harapan organisasi guru tersebut, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemdikbud, sumarna Surapranata menjelaskan jika untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah tidak bisa berjalan sendiri.
Terhadap kekerasan terhadap guru, Pranata menegaskan bahwa Kemdikbud bertekad melindungi, baik dari segi profesi, keselamatan kerja, Kesehatan dan hukum. "Ketika ada kasus kekerasan guru di Makassar pemerintah dan PGRI hadir di situ, juga organisasi guru lainnnya.
Tetapi perlindungan guru juga harus disertai dengan perlindungan anak. Yang jelas, dalam regulasi jangan ada kekerasan dalam pendidikan," ucapnya. Dia menambahkan, guna mewujudkan sekolah yang aman, dari sisi guru dan siswa harus proposional. Sehingga, jika ada kasus terjadi lagi jangan dibulak-balik karena kesalahan guru semata. "Tapi jika ada guru yang melakukan kesalahan pedagogik atau yang disebut dengan mengantar, membimbing, maka akan dilakukan pembinaan," pungkas Pranata
Jelang puncak perayaan peringatan Hari Guru Nasional (HGN) pada 27 November 2016 mendatang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bersama organisasi-organisasi guru lainnya kompak mengonsep rangkaian acara. Meski begitu, masing-masing perwakilan organisasi guru berharap peringatan HGN bukan sekadar seremoni atau yang disebut dengan istilah bukan hanya formalitas semata. ***RED
Artikel Terkait Lainnya :
"Tety Sulastri selaku FGII menegaskan, tolong perhatikan teman-teman kami yang saat ini masih jadi guru honorer. Apapun bentuknya yang penting diperhatikan dulu," ucapnya dalam konferensi pers HGN di Kemdikbud, Jakarta, baru-baru ini. Sejalan dengan FGII, Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Muhammad Asmin mengatakan, guru berhak mendapatkan kesejahteraan yang layak, termasuk perlindungan. Hal ini, lanjut dia, juga harus diiringi dengan peningkatan kualitas guru dalam mengajar. Menanggapi harapan organisasi guru tersebut, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemdikbud, sumarna Surapranata menjelaskan jika untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah tidak bisa berjalan sendiri.
Terhadap kekerasan terhadap guru, Pranata menegaskan bahwa Kemdikbud bertekad melindungi, baik dari segi profesi, keselamatan kerja, Kesehatan dan hukum. "Ketika ada kasus kekerasan guru di Makassar pemerintah dan PGRI hadir di situ, juga organisasi guru lainnnya.
Tetapi perlindungan guru juga harus disertai dengan perlindungan anak. Yang jelas, dalam regulasi jangan ada kekerasan dalam pendidikan," ucapnya. Dia menambahkan, guna mewujudkan sekolah yang aman, dari sisi guru dan siswa harus proposional. Sehingga, jika ada kasus terjadi lagi jangan dibulak-balik karena kesalahan guru semata. "Tapi jika ada guru yang melakukan kesalahan pedagogik atau yang disebut dengan mengantar, membimbing, maka akan dilakukan pembinaan," pungkas Pranata
Jelang puncak perayaan peringatan Hari Guru Nasional (HGN) pada 27 November 2016 mendatang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bersama organisasi-organisasi guru lainnya kompak mengonsep rangkaian acara. Meski begitu, masing-masing perwakilan organisasi guru berharap peringatan HGN bukan sekadar seremoni atau yang disebut dengan istilah bukan hanya formalitas semata. ***RED
0 Response to "Dukungan Dari Ketua FGII Terhadap Nasib Guru Honorer"
Posting Komentar